Antara Stigma dan Data HIV/AIDS di Indonesia

"The only thing worse than bad health is a bad name.”

(Gabriel Garcia Marquez – Love in The Time of Cholera)

Bicara soal HIV/AIDS, menurut data pemerintah 2015, penularan 9000 kasus HIV disebabkan oleh suami yang tidak setia.
Opini Nadya Karima Melati.

Sejak kematian suaminya, warung kelontong Ibu X di Surakarta semakin sepi pembeli. Alasan kematian suaminya menjadi alasan pelanggan menjauh, yakni mengetahui bahwa pak X meninggal karena AIDS. Ibu X sebagai istrinya langsung dicurigai tertular (dan memang betul terjadi) dan semenjak itu lingkungan sekitar menjauhi dirinya yang menyebabkannya sulit menyambung hidup guna menghidupi anak-anaknya.

Jonathan Mann, pendiri Program Penanggulangan AIDS di WHO menyatakan bahwa sebagai sebuah epidemi, AIDS menjangkiti kelompok masyarakat melalui tiga tahapan: pertama adalah inveksi virus HIV yang senyap dan sulit untuk diketahui, kedua munculnya penyakit-penyakit akibat infeksi virus yang menyerang daya tubuh. Dan yang paling menyakitkan adalah tahapan ketiga, epidemi yang menyerang secara sosial, ekonomi dan politis yaitu stigma diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. Hal yang dialami oleh Ibu X bukanlah satu-satunya di banyak komunitas di kota maupun desa, stigma buruk terhadap pengidap pandemik ini kerap terjadi.

Penulis: Nadya Karima Melati

Evolusi Kuman dan Sejarah Wabah
Undang-undang Republik Indonesia tahun 1984 nomor 4 menyebutkan bahwa wabah adalah "berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi ... keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka". Sejarah dunia mencatat bahwa endemik atau wabah yang berasal dari mikroba dan virus lebih mematikan dan menghabiskan jumlah penduduk daripada perang apapun. Dan seringkali perang dimenangkan justru karena berkembangnya penyakit bukan karena kecanggihan senjata dan taktik dalam perang. Penyakit dapat disebut endemik apabila menjadi wabah dalam satu kelompok masyarakat tertentu seperti demam berdarah atau pandemik yang melintasi negara dan meluas seperti flu burung. HIV/AIDS masuk dalam kategori pandemik walaupun menurut data WHO terbaru, di Indonesia pengendalian terhadap penularan  HIV memasuki angka yang stabil tahun 2014.
Ketika kita berpikir manusia mengalami evolusi, pemikiran yang sering luput adalah bahwa mikroba dan virus juga seperti mahluk hidup lain yang juga ikut berevolusi. Dalam Gun, Germs and Steel(terj: Bedil, Kuman dan Baja) sejarawan multidisiplin Jared Diamond memaparkan bagaimana kuman dan virus berevolusi dan menyesuaikan diri dengan inang yang dihinggapinya untuk terus berkembang biak. Terjadinya beberapa penyakit yang menjadi endemik di hari ini disebabkan oleh proses domestifikasi hewan dan kontak yang dilakukan dengan hewan-hewan tersebut. Karena kekebalan setiap mahluk hidup berbeda, maka melalui kontak manusia seperti mengelus bulu, memakan daging, minum susu atau bahkan melakukan seks dengan hewan domestifikasi mempunyai resiko tubuh manusia menjadi inang untuk kuman/virus baru berkembang biak.

Kutukan Desa Nelayan Kasensero
Kasensero adalah desa kecil dan miskin di tepi danau Viktoria, Uganda Barat. Ia berada di dekat perbatasan Tanzania. 1982 silam desa ini menuai sorotan dunia. Cuma dalam beberapa hari ratusan penduduk meninggal dunia setelah mengidap penyakit misterius. Kasus yang melibatkan virus HIV sebenarnya sudah muncul di AS, Tanzania dan Kongo. Namun belum pernah sebelumnya AIDS mewabah.

Kasensero 1982: Thomas Migeero adalah korban pertama. Awalnya ia kehilangan nafsu makan, lalu rambutnya rontok. Bobot tubuhnya pun menyusut drastis, kenang saudaranya Eddy. "Sesuatu merusaknya dari dalam." Ayah Migeero menolak menyentuh peti matinya saat penguburan. Penduduk percaya Thomas Migeero dikutuk. Sementara Eddie Migeero yang kini bekerja untuk LSM AIDS tahu saudaranya tewas karena AIDS
HIV/AIDS mulai menjadi pandemik setelah tahun 1981 ditemukannya pria dengan infeksi pneumonia pneumosistis di Los Angeles. Namun epidemi ini dicurigai berasal dari sub-sahara Afrika karena paling banyak mewabah di negara-negara tersebut. Hingga tahun 2006, penyakit ini diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa. Berdasarkan sumber asal virus ini dicurigai adanya kontak seksual dan konsumsi daging dari hewan yang menjadi tumbuh kembang virus ini. 
Baca:
Stigma dan Kenyataan Penderita HIV/AIDS di Indonesia
Tahapan ketiga yakni stigma dan driskiminasi membuat penderita wabah mengalami penderitaan ganda. Stigma juga menghambat upaya pencegahan dan penyembuhan suatu wabah tertentu. Sejarah mencatat stigma yang diterima penderita epidemi tidak hanya kepada penderita HIV/AIDS beberapa wabah-wabah yang pernah terjadi dan menghabisi populasi manusia sebut saja PES, kolera, malaria, kusta, cacar dan sebagainya. Penderita wabah selalu distigma bahwa penyakitnya adalah kutukan.
Salah satu contoh penyakit yang sulit disembuhkan karena stigmatisasi penderita adalah penyakit kusta atau lepra yang mewabah dalam rentang waktu ratusan tahun di Asia Tenggara. Stigma memposisikan penderita lepra sebagai kutukan kematian sebelum kematian. Penderita lepra dikucilkan secara sosial dan diisolasi melalui peraturan-peraturan pada tiap pemerintahan. Hingga tahun 2006 di Kamboja, pengucilan pasien lepra masih terjadi di Poem Trung sampai adanya sosialisasi dari pejuang hak asasi manusia dan pendekatan rasional dan ilmiah dalam pencegahan penularan lepra. Ketidakmampuan dan ketidakmauan masyarakat untuk mengetahui secara ilmiah dan rasional sebuah penyakit menghambat pencegahan dan penyelesaian penyakit epidemi tersebut. Padahal, hukum dari epidemi dalam masyarakat berkembang seperti layaknya kuman yang hidup dalam cawan petri, epidemi akan terus menyebar sampai seluruh manusia meninggal atau menjadi imun sama sekali. Untuk itu pemahaman terhadap jenis penyakit dan penanganannya secara ilmiah sangat dibutuhkan.

Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue. Ada beberapa jenis nyamuk yang menularkan virus tersebut. Demam dengue dapat membahayakan nyawa penderita. Antara lain lewat pendarahan, kebocoran pembuluh darah dan tekanan darah rendah. Dua milyar orang tinggal di kawasan yang terancam oleh demam dengue, termasuk di Indonesia.

Marburg
Virus paling berbahaya adalah virus Marburg. Namanya berasal dari kota kecil di sungai Lahn yang tidak ada hubungannya dengan penyakit tersebut. Virus Marburg adalah virus yang menyebabkan demam berdarah. Seperti Ebola, virus Marburg menyerang membran mukosa, kulit dan organ tubuh. Tingkat fatalitas mencapai 90 persen.
Belajar dari epidemi lepra, dibutuhkan regenerasi manusia baru yang imun terhadap jenis virus ini. Hukum ini juga berlaku pada penyakit-penyakit lainnya dan karena evolusi bakteri dan virus yang seiring dengan evolusi mahluk hidup lainnya, penyakit-penyakit baru tentunya akan terus muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Dan manusia dengan kemajuan ilmu pengetahuan STEM dan kemampuan berpikir diharuskan untuk mengatasinya. Sayangnya walaupun pendekatan ilmiah dilakukan, tidak mudah melepaskan stigma yang hadir beserta penyakit yang hadir. HIV/AIDS sebagai fenomena baru di dunia modern, tidak lepas dengan stigma yang sesuai dengan norma yang kekinian. Stigma selalu hadir dalam  isu narkoba, seks bebas dan homoseksual – dimana kerap dilekatkan pada penderita epidemi ini.
Dan tentu saja dalam kampanye-kampanye pencegahan HIV/AIDS yang digalakkan oleh lembaga-lembaga seperti pemerintah memasukan kelompok-kelompok yang dianggap menyimpang tersebut sebagai kelompok yang tinggi risiko. Tapi data di lapangan berkata berbeda, penularan HIV terbanyak justru disebabkan oleh hubungan heteroseksual (perempuan dan laki-laki) dan penderita terbanyak justru ibu rumah tangga. Menurut data Kementrian Kesehatan pada tahun 2015 saja mencapai 9000 kasus disebabkan oleh suami yang tidak setia. Walau begitu, kampanye pencegahan tetap menggunakan strategi pendekatan kelompok rentan. Tentunya ini membuktikan dua hal, pertama bahwa stigma terhadap kelompok yang dianggap menyimpang tidak benar dan kedua, semua orang dengan orientasi seksual apapun rentan terhadap HIV/AIDS.

Kehidupan Sehari-hari
Lebih dari 35 juta warga dunia positif HIV - sepertiga diantaranya hidup di Afrika Sub-Sahara. Di Afrika Selatan, negara yang paling parah terjangkit HIV, satu dari enam orang mengidap HIV. HIV bisa dibilang keseharian hidup di Afrika Selatan, sampai-sampai acara anak-anak 'Sesame Street' versi Afrika Selatan memiliki boneka kuning yang positif HIV, Kami.

Lelaki Lebih Berbahaya
Pada hubungan seks antar heteroseksual, HIV lebih mudah ditularkan dari lelaki ke perempuan ketimbang perempuan ke laki-laki. Namun apabila seorang lelaki sudah disunat, risiko penularan ke perempuan berkurang hingga 60 persen.
Baca:

Kesimpulan
Perilaku menyimpang sesungguhnya tidak ada karena belajar dari sejarah wabah, hal yang disebut menyimpang bergantung norma yang berlaku pada masyarakat pada saat itu. Misalnya wabah lepra yang dianggap sebagai kutukan Tuhan dan pengucilan berlandaskan perintah agama justru mempersulit penyembuhan. Pendekatan relijius biasanya gagal total dalam upaya pencegahan wabah dan justru memperparah, wabah selalu dianggap sebagai kemurkaan Tuhan dan penderitanya disuruh bertaubat. Taubat mungkin menenangkan secara psikologis tapi tidak pernah menyembuhkan penyakit.
Stigma dan pengucilan berlandaskan agama sering sekali menjadi penghambat penyelesaian wabah. Irving Goffman menyatakan bahwa prilaku menyimpang justru dihasilkan karena adanya labelling, penamaan negatif terhadap sebuah kelompok yang dapat mengubah konsep diri dan identitas sosial mereka. Adanya stigma membuat sebuah kelompok negatif merasa disisihkan dan apa yang terjadi apabila penderita disisihkan dan abaikan tanpa dipahami penyebabnya? Ia justru dapat bertambah parah sampai seluruh manusia dalam populasi punah atau muncul regenerasi manusia baru yang kebal. Belajar dari sejarah wabah, melabeli dan mengucilkan tidak pernah menyembuhkan sebuah wabah maka lepaskanlah stigma-stigma negatif pada kelompok-kelompok tertentu demi keselamatan dan kesehatan anda!
Penulis: Nadya Karima Melati (ap/vlz)
Essais dan Peneliti Lepas. Koordinator SGRC (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies). Tertarik pada topik sejarah sosial, feminologi dan seksualitas.
@Nadyazura
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis

Buang air kecil
Buang air kecil sesudah berhubungan intim dapat membuat semua bakteri penyebab infeksi keluar. Namun jangan lakukan itu sebelum berhubungan seks, karena penyebab utama infeksi saluran kencing adalah kebiasaan 'pipis' sebelum berhubungan seksual. Demikian saran Urolog New York, David Kaufman.
Minum antihistamin (anti alergi)
Antihistamin baik untuk meredakan efek alergi, karena mengeringkan selaput lendir di hidung yang berair, namun obat ini juga mengeringkan organ intim. Tentu, vagina yang kering membuat hubungan seks terasa tidak nyaman. Selain itu, secara umum, antishistamin juga menurunkan libido.

LAPORAN PILIHAN
Memulihkan Kecanduan Narkoba Lewat Bertinju
Sebuah pusat rehabilitasi kecanduan narkoba menawarkan pada mantan pengguna narkoba untuk meredam kecanduan mereka melalui olahraga tinju. Ini menjadi bagian dari terapi alternatif. (09.09.2016)
AIDS: Memerangi Penyakit dan Stigma
Jumlah orang yang terinfeksi HIV tidak berubah banyak selama tahun-tahun terakhir. Kemajuan di dunia kedokteran membuat penyebaran penyakit terkontrol. Namun penderita AIDS tetap mengalami diskriminasi dari masyarakat. (01.12.2015)
Satu Lagi Pasien Bayi HIV Berhasil Disembuhkan
Seorang bayi di Amerika Serikat yang dirawat untuk HIV selang beberapa jam setelah dilahirkan, beberapa bulan kemudian dinyatakan terbebas dari virus tersebut. Bayi ini menjadi kisah sukses kedua dari perawatan dini. (07.03.2014)
Peneliti Besar AIDS Tewas Dalam Insiden Pesawat
Beberapa korban tewas dalam insiden pesawat Malaysia Airlines yang jatuh di Ukraina merupakan rombongan delegasi yang akan menghadiri konferensi internasional AIDS di Australia. (18.07.2014)
Dua Pasien HIV Gagal Sembuh Justru Untungkan Riset
Para peneliti yang berupaya mencari obat AIDS menyatakan: terinspirasi dan bukan kecewa, menyikapi laporan dua pasien HIV yang diyakini sembuh, ternyata kembali diserang virus mematikan itu. (03.01.2014)
Upaya Pencegahan Infeksi HIV Aids
Sejak beberapa tahun terakhir jumlah infeksi HIV di kalangan usia di bawah 25 tahun meningkat. Ini menimbulkan kekhawatiran. Pencegahan tanpa etika moral yang berlebihan dan tanpa menuding siapapun. (21.07.2011)
UNICEF: Remaja Rentan HIV
Jumlah kematian HIV / AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia yang meningkat sebesar 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 menunjukkan tren mengkhawatirkan. (01.12.2013)
Tanggal 29.11.2017.
.
MaduHerbalPamungkas #BerantasHIV #SembuhkanAIDS secara total dlm wkt kurang dr 6bln atasi #Ketergantungan #Narkoba HerbsTherapy Eradicates #HIV totally cures #AIDS in 6months. Terapi penyembuhan gangguan syaraf secara berkala. Help #DrugsAbuse #NoSideFX
https://klinik-herbalis.blogspot.co.id/search/label/HIV

Untuk konsultasi tentang menyembuhkan HIV/AIDS
dengan madu herbal pamungkas MHP815,
silakan hubungi LANGSUNG :
Sidik Rizal
simPATI 081280376532 atau
wa.me/+6281283745354
twitter @dikrizal2
instagram @dik_rizal
website http://klinik-herbalis.blogspot.co.id

Post a Comment

Silakan Anda tuliskan pesan untuk mengetahui lebih lanjut tentang informasi di dalam blogs ini dengan mencantumkan e-mail, no telp, no HP atau akun Facebook dan Twitter Anda. Kontak kami di wa.me/+6281283745364 atau Call & SMS ke 0812.8037.6532

Lebih baru Lebih lama